Pendahuluan
Gagasan SSM2007 lahir dari 13 (tiga belas) orang Anak Nagari Minangkabau yang telah bergelimang dunia entrepreneurship, kewirausahaan, kesaudagaran, profesional di berbagai sektor bisnis; lokal, regional, dan internasional, serta tersebar di setiap tingkatan pengalaman. Gagasan SSM2007 lahir atas kesadaran penuh, bahwa, partama, Globalisasi perlu disikapi positif melalui pemahaman utuh terhadap potensi yang dimiliki dan penggalangan sinergi dengan membangun dan mengembangkan jaringan dari kekuatan-kekuatan yang dimiliki untuk dapat berdiri sejajar dan bersaing sehat. Kedua, Peningkatan percepatan pembangunan Sumatera Barat untuk meningkatkan kesejahteraan Anak Nagari Minangkabau sangat memerlukan peran Anak Nagari yang bergerak dalam bidang perdagangan dan jasa, Ketiga, Jiwa dan karakter kesaudagaran adalah salah satu kekuatan Anak Nagari Minangkabau, Keempat, Diperlukan adanya kontribusi para Saudagar Minang dalam pembangunan Sumatera Barat dan Indonesia, dan kelima, diperlukan adanya sarana untuk saling kenal dalam upaya mengawali dan membentuk sinergi, kerjasama, serta meningkatkan rasa persaudaraan persatuan dalam wadah Jaringan Saudagar Minang. Keenam, menjalin Silaturahmi,Membentuk Jaringan, dan ketujuh, mengembangkan Sinergi Bisnis Dari Saudagar, Oleh Saudagar,untuk Masyarakat ranah dan rantau.
Format Pendidikan Adat Minangkabau Yang Berbasis Surau
1. Pendidikan Calon Penghulu
Pendidikan adat Minangkabau tidak dilaksanakan pada suatu lembaga pendidikan tertentu, karena di dalam adat Minangkabau tidak dikenal adanya sistem yang demikian. Penghulu adalah suatu jabatan dalam adat Minangkabau yang mengepalai suatu kaum atau suatu suku, yang diangkat oleh anggota kaumnya secara musyawarah dan mufakat dalam kerapatan adat kaum tersebut. Oleh karena itu, seorang penghulu diharuskan mengetahui tentang masalah adat Minangkabau dengan baik, karena kepadanya akan diserahkan memegang kekuasaan adat tertinggi dalam kaum tersebut. Dialah yang akan menjaga pelaksanaan adat di dalam kaumnya itu. Tanpa pengetahuan adat yang baik seorang Penghulu tidak akan dapat mengatur kaumnya dengan sempurna. Kedudukan Penghulu merupakan kedudukan yang turun-temurun melalui garis keturunan ibu (matrilineal).
Kedudukan seorang Penghulu tidak dapat diturunkan kepada anak, tetapi kemenakannya. Seorang anak di Minangkabau tidak masuk anggota kaum ayahnya, tetapi masuk ke dalam kaum ibunya.
Dalam satu kaum kedudukan Penghulu hanya dapat dipegang oleh seorang anggota laki-laki saja, kecuali apabila jumlah anggota kaum itu sudah besar. Untuk itu dapat diangkat seorang Penghulu baru, yang masih merupakan cabang dari kaumnya semula. Hal ini dapat terjadi biasanya apabila anggota suatu kaum yang pergi merantau sudah sangat banyak jumlahnya di suatu tempat. Untuk mengatur anggota kaumnya itu diperlukan seorang penghulu pula di sana, dengan sepengetahuan Penghulu asalnya mereka dapat mengangkat seorang Penghulu baru yang merupakan pecahan dari kaum asalnya dan masih tunduk kepenghulu asalnya.
Pendidikan seorang calon Penghulu sudah dimulai semenjak kecil, apalagi apabila kemenakan yang berhak menggantikan itu hanya seorang saja. Pendidikan diberikan secara lisan dan melalui praktek adat dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya pendidikan diberikan oleh seorang Penghulu kepada kemenakannya pada malam hari. Waktu itu penghulu itu menjelaskan segala sesuatu tentang adat seperti : kewajiban seorang Penghulu terhadap kaumnya atau anak kemenakannya, berapa jumlah harta pusaka dan di mana saja letaknya, pantangan seorang Penghulu, silsilah kaum, bagaimana cara melola kaum beserta harta pusakanya, untuk apa saja harta pusaka itu dapat dipergunakan. Dijelaskan semua seluk beluk adat Minangkabau dan kaum mereka sendiri. Pengetahuan adat itu diberikan sedikit demi sedikit, kemenakan yang dengan patuh mendengarkan pelajaran mamaknya itu diharuskan mengetahui (hafal) seluruh kata-kata adat (pepatah) yang diajarkan itu. Proses pendidikan seorang calon Penghulu memakan waktu yang lama. Selama seorang penghulu masih hidup dia belum boleh digantikan, kecuali apabila dia sudah uzur betul.
Tempat melaksanakan pendidikan adat tidak ditetapkan pada suatu tempat, tetapi dapat saja dilakukan pada rumah adat kaum tersebut, di rumah kemenakannya, di balai adat, sewaktu istirahat kerja di rumah, atau sambil duduk-duduk sore. Yang perlu diperhatikan adalah jangan mengajar seorang kemenakan di depan umum atau sedang bermain judi. Waktu penyelenggaraan pendidikan adat itu juga tidak ditentukan, dan mengenai waktu tidak diperhitungkan.
Karena pendidikan adat itu diberikan secara lisan, maka sering terjadi tanya jawab antara penghulu dengan kemenakannya, bahkan kadang-kadang terjadi perdebatan. Keadaan yang demikian memberikan hasil-hasil yang positif dalam pendidikan itu, karena kemenakan betul-betul dapat menguasai masalah adat secara mantap.
Pendidikan adat melalui praktek biasanya dilakukan pada upacara adat seperti : upacara batagak penghulu (penggantian penghulu), upacara perkawinan, upacara batagak rumah (mendirikan rumah), dan lain-lain. Dalam upacara adat itu kemenakan disuruh penghulunya untuk memperhatikan jalannya upacara adat dari awal sampai selesai atau kemenakan disuruh penghulunya untuk mewakilinya. Kemenakan tersebut betul-betui ikut memegang peranan dalam upacara adat itu dan dapat membandingkan pengetahuan adat yang diperolehnya secara lisan dengan pelaksanaan yang sesungguhnya. Apabila dia sudah menjadi Penghulu dia tidak akan canggung lagi menjalankan tugasnya.
Dengan cara lisan dan praktek adat itulah pada umumnya adat Minangkabau diwariskan kepada generasi berikutnya. Walaupun cara ini memakan waktu yang lama, tetapi sebaliknya pengetahuan adat yang diperoleh betul-betul mantap. Dengan demikian materi adat yang diwariskan kepada generasi berikutnya itu dapat diberikan secara wajar tanpa adanya unsur paksaan
2. Pendidikan bagi Pemuda Perantau
Struktur dan sistem adat Minangkabau memberikan kekuasaan yang penuh kepada ninik mamak atau Penghulu sebagai kepala waris, kepala kaum, atau kepala suku sampai dengan meninggalnya. Harta pusaka dikerjakan dan diusahakan untuk kepentingan wanita dan anak-anaknya yang masih belum dewasa. Para pemuda Minangkabau seolah-olah merasa tidak berkuasa di dalam kaumnya yang menyebabkan mereka merasa kurang diperhatikan dalam lingkungan keluarganya. Perasaan yang demikian menyebabkan banyak pemuda Minangkabau yang tidak betah diam dalam lingkungan keluarganya dan di kampungnya. Dalam usaha mengatasi perasaan yang demikian atau untuk menunjukkan bahwa dia adalah seorang yang diperlukan, kebanyakan pemuda Minangkabau pergi merantau ke tempat lain di luar kampungnya di mana mereka dapat lebih leluasa berbuat sesuatu menurut kemauan dan kehendak mereka sendiri tanpa mendapat halangan atau pengawasan yang terus menerus dari keluarganya. Kepergian itu hanya untuk sementara saja, bukan untuk tetap menetap. Biasanya di tempat baru itu ia berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengumpulkan kekayaan dengan bekerja keras. Apabila kekayaan yang terkumpul sudah banyak mereka akan kembali ke kampung halamannya dengan membawa hasil usahanya yang sudah terkumpul. Dengan demikian mereka menunjukkan bahwa mereka juga dapat berbuat seperti orang tuanya, bahkan mungkin dapat lebih dari mereka. Pada mulanya merantau disebabkan oleh masalah yang disebutkan di atas, dan baru kemudian ada beberapa motif yang menyebabkan orang Minangkabau pergi merantau seperti sekarang.
Sebelum para pemuda itu pergi merantau, mereka dibekali dengan beberapa macam pengetahuan yang dapat dijadikan modal hidup, supaya jangan sampai hidup terlunta-lunta di rantau. Pengetahuan yang diberikan meliputi adat Minangkabau, yang diberikan secara lisan oleh mamaknya, antara lain : seluk beluk adat, cara hidup, cara berdagang, memburuh, dan sebagainya. Sesudah semua dijelaskan, terakhir dikunci dengan nasehat, bahwa semua usaha dapat dilakukan. Pertama sekali yang dilakukan adalah mencari lipatan dan sesudah itu baru berusaha. Pemberian pengetahuan seperti itu sudah merupakan kewajiban bagi seorang mamak terhadap kemenakannya dengan tujuan kepergian kemenakannya itu atas pengetahuan mamaknya dan supaya kemenakan tidak terlantar di rantau orang.
Sebaliknya seorang pemuda tidak akan diizinkan mamaknya untuk pergi merantau sebelum dianggap sudah menguasai adat secara umum dan memiliki suatu keterampilan khusus. Pemuda yang demikian dianggap akan terlantar hidupnya nanti di daerah rantau dan kalau hal tersebut sampai terjadi, maka yang akan dapat malu adalah mamaknya atau seluruh anggota keluarganya. Seorang pemuda yang merantau merupakan tenaga kerja yang sudah siap dan sanggup hidup secara mandiri di manapun mereka berada, karena bekal untuk hidup di rantau itu sudah dimilikinya, baik secara fisik maupun secara psikologis. Itu pulalah sebabnya kebanyakan pemuda Minangkabau jauh lebih berhasil di rantau dari pada di kampung halamannya sendiri.
3. Pendidikan Bela Diri
Dahulu kebanyakan pemuda Minangkabau diberi pendidikan bela diri dengan silat yang dibagi dua macam yaitu galuik yaitu silat bela diri dan silat tari yang dipergunakan untuk pertunjukan pada upacara adat Minangkabau. Silat bela diri mengutamakan gerak untuk membela diri dari serangan musuh, sedangkan silat tari mengutamakan gerakan yang indah dan berirama.
Silat bela diri dapat diikuti oleh setiap pemuda Minangkabau asal dapat memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh guru atau perkumpulan. Biasanya setiap nagari di Minangkabau ada sebuah perkumpulan silat bela diri yang diikuti oleh pemuda dari nagari yang bersangkutan. Perkumpulan silat bela diri dinamakan sesuai dengan nama gurunya, atau nama tempat di mana perguruan itu didirikan.
Guru silat bela diri biasanya seorang yang sudah terkenal keahliannya dan sudah sering dibuktikannya dalam menjaga keamanan kampungnya. Tingkatan murid diatur menurut keahlian masing-rnasing atau lama mereka belajar silat, makin lama seorang belajar makin tinggi tingkat kepandaiannya. Murid yang baru masuk dilatih oleh murid yang sudah lama sedang guru silat jarang turun tangan melatih murid baru ini. Pelaksanaan pendidikan atau latihan silat sehari-hari diatur oleh Guru Tuo (guru tua) yaitu murid yang telah dipercayai betul oleh gurunya dan sudah memiliki kepandaian silat yang tinggi. Di samping beberapa orang guru tua ini masih ada beberapa orang murid lagi yang berkepandaian setingkat di bawahnya yang bertindak sebagai pembantu guru tua dan biasanya dipilih dari murid yang pandai dan bersedia membantu.
Tempat melakukan silat bela diri biasanya di suatu tempat yang agak jauh letaknya dari kampung atau rumah penduduk supaya jangan mengganggu ketenteraman. Untuk keperluan itu dibuat sebuah pondok dan di depan pondok itu dibuat sebuah lapangan kecil tempat latihan. Latihan diadakan pada malam hari dan biasanya pada saat terang bulan, karena penerangan lampu tidak cukup. Mula-mula yang berlatih adalah murid baru masuk selama kira-kira dua jam yang dimulai sesudah sembahyang magrib. Sesudah itu mulai berlatih murid yang agak pandai kira-kira dua jam pula. Selanjutnya baru dimulai latihan murid yang sudah pandai termasuk guru-guru tua. Latihan terakhir ini biasanya diikuti oleh murid-murid yang menjadi pembantu guru tersebut. Di waktu inilah guru silat itu ikut melatih dengan memberikan petunjuk terhadap gerakan-gerakan murid-muridnya yang masih kurang tepat. Kadang-kadang guru hanya memberi petunjuk dari luar tempat latihan yang berlangsung sampai subuh.
Proses ujian adalah guru memberitahukan pada murid yang bersangkutan bahwa ilmu silat yang dimilikinya dianggap sudah cukup. Murid sudah merasa bahwa tidak lama lagi dia akan diuji, tetapi kapan waktu ujian akan dilaksanakan tidak mengetahui. Ujian tersebut dimaksudkan supaya murid selalu siap setiap waktu, karena musuh datangnya tidak akan memberitahukan terlebih dahulu. Yang tidak boleh dilakukan oleh murid itu adalah mencari musuh dengan sengaja atau mencari gara-gara untuk menimbulkan keributan dengan tujuan-tujuan tertentu. Tetapi apabila musuh itu datang sendiri tidak boleh dielakkan, walaupun akan berakibat korban nyawa sekalipun.
Tidak semua murid perkumpulan yang dapat lulus dari ujian akhirnya, karena persyaratan sangat berat, disamping harus mempunyai kepandaian silat yang tinggi mereka juga harus memiliki mental yang baik. Khusus mengenai mental ini murid sudah diteliti oleh gurunya mulai masuk belajar. Kalau ternyata watak si murid tidak baik, dia tidak akan diberikan ujian atau sebelum selesai belajar sudah disarankan untuk keluar saja karena kepandaian silat justru tidak berguna baginya selain dari akan mendatangkan huru hara saja di kemudian hari. Guru itulah yang akan menentukan apakah seorang murid dapat diberi pelajaran lanjutan atau tidak atau harus dikeluarkan.
Kalau memang sudah ternyata bahwa seorang murid sudah jelas tidak akan dapat belajar silat bela diri dengan baik, maka kepadanya akan diberikan silat tari saja. Untuk menetapkan ini seluruhnya terserah kepada guru yang bersangkutan dan tidak seorangpun yang dapat membantahnya.Pendidikan silat tari biasanya diberikan kepada murid yang tidak menjadi ahli silat bela diri atau kepada murid yang dianggap gurunya tidak mampu mempelajari silat beladiri dengan baik. Tetapi orang yang betul-betul ahli dalam silat tari adalah seorang ahli silat bela diri yang sudah mahir dalam gerakan, karena mereka sudah terbiasa dengan gerakan tersebut, bahkan sudah terbiasa dengan gerakan yang paling sulit sekalipun. Jarang sekali seorang ahli silat bela diri yang tidak mahir pula dalam silat tari, sebaliknya seorang yang hanya mahir dalam silat tari saja belum tentu mahir pula dalam silat bela diri. Bagi ahli silat bela diri dapat dikatakan bahwa silat tari itu merupakan selingan saja apabila mereka sudah terlampau letih berlatih silat bela diri. Untuk silat tari latihannya tidak bersinggungan satu sama lain seperti latihan silat bela diri, mereka hanya menari-nari saja tetapi dengan memakai gerakan-gerakan silat bela diri. Yang diutamakan dalam gerakan ini adalah unsur keindahan gerakannya, bukan gerakan untuk berkelahi.
d. Pendidikan Pengobatan
llmu pengobatan tradisional Minangkabau biasanya juga merupakan ilmu yang turun temurun. Berbeda dengan pewarisan harta pusaka atau gelar pusaka, maka ilmu pengobatan dapat diwariskan kepada anak di samping kepada kemenakan atau cucu. Tidak semua orang tepat untuk dapat mewarisi ilmu pengobatan yang sering dipanggil tukang ubek (tukang obat) yang ahli dalam hal pengobatan. Istilah dukun biasanya dipergunakan untuk dukun beranak, baru kemudian dipergunakan untuk panggilan seorang yang punya keahlian dalam pengobatan tradisional Cara mewariskan pengobatan itu memakan waktu lama, seorang anak yang dianggap mampu mewarisi atau menggantikan seorang dukun, mulai kecil sudah dilatih dengan bermacam-macam ilmu tentang pengobatan, dan pengertian tentang bermacam istilah dalam pengobatan. Kemudian anak disuruh mencari daun-daun ramuan obat sebagai pembantu dukun tersebut. Anak sekaligus sudah berkenalan secara baik dengan macam-macam ramuan obat yang harus diketahui apabila sudah menjadi dukun pula. Walaupun dia hanya bertugas sebagai pencari ramuan dan pembantu si dukun, tetapi proses pendidikan sudah mulai berjalan dengan agak mendalam, karena untuk mengenal macam-macam daun obat-obatan itu yang jumlahnya tidak sedikit memang merupakan suatu hal yang agak sulit dilakukan dalam masa yang singkat.
Ilmu pengobatan tradisional pada waktu ini dikalahkan oleh pengobatan modern dengan segala peralatan yang modern pula. Namun demikian, tidaklah berarti bahwa pendidikan pengobatan tradisional itu sudah habis, tetapi masih banyak terdapat. Di luar ibu kota Kecamatan pengaruh pengobatan tradisional masih kuat, apalagi di daerah pedesaan yang jauh dari keramaian. Sekarang, orang Sumatera Barat sudah mengobati sakit yang dideritanya kepada dokter, bahkan ada kecenderungan orang berobat dengan dokter spesialis. Puskesmas yang terdapat di kecamatan dibanjiri oleh masyarakat yang ingin berobat, demam sedikit saja mereka sudah pergi ke Puskesmas dari pada pergi ke dukun.
e. Pendidikan Tukang.
Yang dimaksud tukang adalah orang yang ahli dalam tukang kayu, tukang batu, pandai besi, dan tukang ukir. Setiap kepandaian tersebut menghendaki keahlian khusus untuk menguasainya. Tanpa latihan yang cukup kepandaian ini tidak mudah dimiliki seseorang dan cara mewariskan harus melalui latihan yang cukup.
Kepandaian seperti ini tidak merupakan kepandaian pusaka, tetapi biasanya diturunkan kepada anak atau kemenakan juga. Kepandaian itu dapat diturunkan kepada beberapa orang yang masih merupakan anak atau kemenakan. Yang dapat mencapai tingkat kepandaian tinggi biasanya hanya satu orang dan yang lain hanya akan menjadi pembantu yang satu orang ini.
Pendidikan tukang dilakukan melalui latihan dalam praktek pekerjaan yang sebenarnya dan tempat khusus untuk mendidik tukang tidak ada. Kalau seorang tukang mendapat borongan pekerjaan, maka tempat itulah yang dijadikan tempat melatih atau mendidik calon tukang yang bertindak sebagai pembantu dan tukang itu. Pendidikan di mulai dengan pekerjaan yang mudah lebih dahulu dan kemudian pekerjaan yang halus dan lebih khusus.
Pendidikan ini memakan waktu lama, baru betul-betul ahli di bidangnya. Masalah waktu tidak begitu menjadi perhatian, yang penting bagaimana kepandaian itu dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya, Dengan demikian pendidikan memakan waktu yang lama sekali.
Dalam pendidikan ini tukang hanya memberikan pola satu kali saja kepada pembantunya dan selanjutnya pembantu itulah yang mengembangkannya. Pola yang diberikan merupakan patokan saja, sedangkan pembantu dapat mengembangkan menjadi beberapa pola baru yang tergantung pada kemampuan mencipta dari pekerja itu. Apabila tidak dapat menciptakan pola baru, maka tukang itu tidak akan mengalami kemajuan dalam pertukangan. Tetapi sebaliknya apa bila dapat membuat bermacam-macam pola atau variasi, maka dia dapat mencapai keahlian yang tinggi dalam ilmu pertukangan. Biasanya murid yang begini yang dibimbing dengan sungguh- sungguh oleh gurunya, karena dari dia dapat diharapkan timbul pewaris yang baik yang dapat mengembangkan ilmu pertukangan di kemudian hari.
Pendidikan tukang tradisional seperti ini sampai sekarang masih terdapat di daerah-daerah yang jauh dari pengaruh pendidikan seperti daerah yang terpencil.Tukang tukang yang beginipun masih banyak dan masih berfungsi di daerahnya masing-masing, karena tidak adanya masuk penambahan tukang yang telah mendapat pendidikan khusus
f. Pendidikan Sastra
Pendidikan sastra tradisional juga diwariskan dengan cara tradisional. Yang dimaksudkan dengan sastra tradisional Minangkabau adalah sastra lisan yang terdiri dari bermacam-macam bentuk seperti : pepatah-petitih, pantun atau pantun adat, dan kaba.
Orang Minangkabau pada setiap pertemuan resmi seperti pada upacara adat atau pertemuan adat selalu mengemukakan maksudnya dengan kata adat yang banyak mengandung arti kiasan, karena orang Minangkabau dahulu mengemukakan pendapatnya dengan kata kiasan yang tersimpul dalam kata adat yang penuh irama, penerima juga akan menjawab pula dengan kata-kata adat.
h. Posisi Guru dalam Pendidikan di Minangkabau
Istilah guru baru dikenal di Minangkabau sesudah masuknya pengaruh Hindu/Budha dan Islam yang di dalam ajaran mereka telah mengenal tokoh guru. Yang dikenal adalah istilah Penghulu atau Ninik Mamak yang merupakan seorang Pemimpin, pendidik, hakim, cendekiawan dan. alim ulama yang berlaku terhadap anak kemenakannya. Seorang Penghulu adalah seorang guru sejati, karena seluruh fungsi guru sudah dijalankan oleh mereka.
Tokoh guru yang pertama dan utama di Minangkabau adalah Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sabatang, tokoh pendiri adat Minangkabau.
Tokoh guru berikutnya adalah seluruh Penghulu karena mereka itulah langsung menerima warisan kedua Datuk pendiri adat itu sebagai pemegang dan pemelihara adat di Minangkabau. Mereka berkewajiban mewariskan kepada anak kemenakan supaya adat itu dapat dilanjutkan terus-menerus. Seorang Penghulu adalah juga seorang guru yang mendapat penghormatan yang tinggi dalam masyarakat karena menurut adat tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dari seorang Penghulu. Mereka adalah orang yang didahulukan selangkah dalam segala hal, orang yang “tinggi tampak jauh, dakek jolong basuo, kahujanan tampek bataduah, kepanasan tampek balinduang”. (tinggi tampak dari jauh, dekat karena bersua, kehujanan tempat berteduh kepanasan tempat berlindung)
Pada dasarnya mereka hanya menyampaikan dan melanjutkan yang mereka terima mengenai adat itu kepada generasi berikutnya. Mereka dapat melakukan penyesuian dengan tidak merubah prinsip adat Minangkabau itu. Untuk penyesuaian itu adat sudah mengaturnya sebagai berikut:
“Sakali aia gadang sakali tapian baranjak” (sekali air bah, sekali tepian beralih). Karena derasnya arus tidak dapat ditahan dan dialirkan oleh sungai sehingga merubah tepinya. Yang berubah hanya pinggirnya saja menurut keadaan arus yang datang, deras datangnya arus banyak perubahan pinggirnya itu, kecil arus yang datang sedikit pula perubahannya. Adat Minangkabau tidaklah merupakan ajaran adat yang kaku, karena berdasarkan pengalaman yang didapat diadakan koreksi terhadap sesuatu ketentuan yang telah ada dengan tidak melakukan perubahan terhadap dasar-dasarnya.
Supaya adat tetap segar dan aktual, maka fatwa berikut mengatakan “mancaliak contoh ka nan sudah mancaliak tuah ka nan manang” (melihat contoh kepada yang lampau, melihat tuah kepada yang menang). Segala yang akan dilakukan sebaiknya meneladani apa-apa yang telah pernah dilakukan, yang baik diikuti dan yang buruknya dibuang. Adat yang dipakai itu selalu baru dan berfungsi dalam kehidupan masyarakat, harus dapat menyesuaikan diri dengan keadaan zaman.
Tokoh guru lainnya adalah “mamak”, saudara laki-laki ibu dalam satu keluarga yang diangkat menjadi kepala keluarga. Dia bertindak sebagai pendidik, menunjuk mengajari kemenakannya atau anak saudara perempuannya. Tokoh mamak mendapat tempat yang terhormat di tengah-tengah masyarakat Minangkabau.
Pendidikan Yang Melahirkan Saudagar-Saudagar Baru
Lembaga pendidikan kita sekarang ini – terutama yang mengutamakan nilai akademis sebagai indikator keberhasilan – cenderung menghasilkan “tukang-tukang” seperti: “tukang insinyur, tukang dokter”, dan lain sebagainya. “Tukang-tukang” tersebut hanya pandai mencari pekerjaan, tetapi bukan menciptakan pekerjaan. Padahal di era otonomi daerah saat ini, pendidikan entrepreneur-ship sanagat dibutuhkan. Karena, dengan pendidikan tersebut, sebenarnya akan banyak menciptakan pengusaha-pengusaha baru. Itu tak bisa ditawar-tawar lagi. Tak hanya penting, tapi sangat mendesak. Maka sebaiknya, iklim menekuni dunia usaha harus diciptakan lewat dunia pendidikan
- Format Kurikulum Pendidikan Yang Melahirkan Saudagar
Dengan melihat bagaimana saudagar-saudagar Minangkabau dahulu menerima pendidikan, maka saya mengkonstruksi kurikulum pendidikannya menjadi empat elemen dasar, yaitu: Islamic Studies, Akademik, Overseas Program, dan Interpersonal Skill.
Islamic Studies diajarkan dalam rangka memperkuat karakter peserta didik untuk menjadi pribadi yang kuat, jujur, tegas, konsisten(istiqomah) dan mempunyai visi hidup yang jauh, tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat. Dengan pengetahuan keagamaan yang luas, maka peserta didik akan dapat hidup dalam track yang benar dalam melihat berbagai persoalan hidup. Akan lebih tenang dalam menagkap peluang-peluang hidup, dan mempunyai basis nilai yang cukup untuk melangkah yang lebih panjang dalam hidup ini.
Untuk menjadi saudagar yang baik dan sukses sekarang ini, bidang akademik sangat diperlukan untuk menunjang dan mengembangkan semua pengetahuan yang dibutuhkan untuk menjadi saudagar. Kalkulasi-kalkulasi bisnis yang akurat dibutuhkan kemampuan akademik yang baik. Hanya saja bidang akademik tidak boleh terlalau dominan, sehingga mengabaikan aspek-aspek yang lain yang dibutuhkan untuk menjadi seorang saudagar.
Overseas Program diberikan agar peserta didik mempunyai wawasan yang luas tentang perkembangan dan pembangunan dalam berbagai aspek di semua lapisan dunia. Peserta didik harus banyak bersentuhan dengan dunia luar, sehingga akan dapat membangun perspektif peserta didik yang luas dan akan menginspirasi apa yang terbaik yang harus dia lakukan kedepan. Dengan melihat kemajuan bangsa dan negara-negara lain, perkembangan dunia usaha yang begitu pesat akan berdampak positif untuk menggugah semangat enterpreneurship.
Interpersonal Skill penting diajarkan dan menjadi bagian kurikulum yang dapat melahirkan saudagar-saudagar Minangkabau yang baru. Interpersonal Skill baik yang soft skill maupun yang hard skill sangat dibutuhkan oleh semua peserta didik terkait dengan pengembangan dirinya kedepan. Dengan memiliki kemampuan komunikasi yang baik peserta didik akan mampu membangun jaringan bisnis yang baik, begitu juga kemampuan etika, estetika yang juga terkait dengan personal development akan semakin memperkuat kepribadiannya. Sedangkan kemampuan yang hard skill sangat dibutuhkan sebagai modal awal untuk dapat survive dalam kompetisi hidup yang semakin kompetitif.
Dengan melihat empat domain kurikulum di atas, maka keberhasilan peserta didik tidak hanya dilihat dari akademik saja, tapi juga dilihat dari tiga domain yang lain. Sehingga outputnya menjadi pribadi yang lengkap yang dibutuhkan untuk menjadi enterpreneur-enterpreneur baru.
- Metodologi Pendidikan
Untuk melahirkan saudagar /enterpreneur dibutuhkan metodologi pendidikan yang partisipatif-dialogis-praktis. Proses pembelajaran tidak lagi teacher centris, tapi sebaliknya melibatkan peserta didik untuk memecahkan persoalan-persoalan akademis dan non akademis. Siswa diajak berdialog untuk melihat persoalan hidup dan diminta untuk mengerjakan dan memerankan apa yang harus dan penting dilakukan oleh siswa. Sehingga siswa tidak hanya tahu secara teoritis tapi juga bisa mengerjakannya pada tataran praktis.
- Sarana Pendidikan
Sarana Pendidikan yang baik sangat dibutuhkan untuk pendidikan yang lebih berkualitas. Gedung, laboratorium science, laboratorium bisnis, tools yang dibutuhkan untuk praktek-praktek peserta didik harus ada untuk menunjang Proses Belajar Mengajar. Selain itu sarana lainnya seperti LCD, komputer, dll yang dibutuhkan untuk memberi gambaran yang lebih lengkap tentang ilmu pengetahun harus ada disetiap kelas. Hal ini penting agar siswa tidak terlalu abstrak menangkap pengetahuan yang diajarkan oleh para pendidik.
- Guru
Guru adalah aktor terpenting dalam keberhasilan proses pendidikan. Walalupun science dan technology sudah sangat maju tapi posisi guru tidak bisa tergantikan. Guru yang baik adalah guru yang dapat melakukan transformasi dan internalisasi nilai-nilai ilmu pengetahun baik yang teoritis maupun praktis dengan metodology yang tepat dan sarana serta alat pendidikan yang sesuai. Guru tidak hanya dikelas, tapi juga di masyarakat. Sehingga guru betul-betul menjadi manusia yang digugu dan ditiru(ditauladani).
Dalam konteks pendidikan yang dapat melahirkan saudagar-saudagar baru, maka dibutuhkan guru-guru yang tidak hanya mempunyai pengetahuan teoritis tapi juga mempunyai kemampuan praktis. Yang menjadi guru bukan hanya mereka yang tamatan IKIP/FKIP tapi juga para saudagar yang telah sukses di dunia bisnis, ulama yang didengar fatwa-fatwanya oleh masyarakat, dan para profesional yang menggeluti dunia kerja.
Penutup
Harus diakui bahwa Forum Silaturahmi Saudagar Minang 2007 mempunyai peran yang sangat penting dalam rangka mempercepat kesejahteraan masyarakat Minangkabau. Bidang Pendidikan sebagai bagian dari usaha jasa, mempunyai 2 implikasi positif untuk terus dikembangkan. Pertama, bidang ini akan berdampak langsung bagi kesejahteraan masyarakat karena turunan dari bidang ini akan mampu mendongkrak perekonomian. Bisnis buku, percetakan, pakaian seragam, alat tulis dan lain-lain akan semakin berkembang kalau jasa pendidikan ini semakin maju. Kedua, Jasa Pendidikan akan mampu melahirkan saudagar-saudagar baru yang lebih kreatif, atraktif, dan responsif terhadap tantangan dunia usaha yang cepat. Semoga tulisan ini bermanfaat buat kita semua, Amiin.
Leave a comment